MERAUKE, ARAFURA,-Tiga narasumber berkompeten dari perusahaan handal tampil memberikan materi di hadapan mahasiswa Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Musamus dan Komisariat Merauke pada kegiatan KAMMI Leadership Training 1 di gedung Perpusda Merauke, Jumat (4/10). Mereka adalah Didik Tri Yuwono selaku CEO PT.Indo Traktors Papua, Direktur PT.Global Papua Abadi, Joko Herma Pramulyo dan Dendy Sofyandy selaku Community and Enviromental Departemen PT Global Papua Abadi.
Mereka hadir membawakan materi stadium general tentang dampak food estate di Kabupaten Merauke yang memang tengah menjadi sorotan hangat saat ini. Kepada wartawan Joko Herma menyampaikan bahwa beberapa hal penting disampaikan kepada mahasiswa sehingga lebih memiliki pemahaman dan wawasan tentang food estate khususnya di kawasan selatan. Termasuk tujuan dari pengembangan yang dilakukan yang sangat mendukung ketahanan pangan di Indonesia khususnya komoditi gula.
Sebab selama ini lebih dari 5 juta ton diimpor dari luar negeri dalam hal ini negara- negara penghasil. Oleh sebab itu dengan pengembangan industri tebu dan pabrik gula akan menjadi salah satu sumber solusi nasional dalam mengatasi kekurangan pasokan gula. “Ini penting untuk ketahanan, baik ketahanan pangan maupun nasional karena dengan penambahan produksi dari Papua Selatan tentu akan mendukung pasokan gula di Indonesia,”terang Joko.
Sementara itu Didik Tri Yuwono menambahkan, dirinya sebagai pengusaha lokal sangat menyambut baik kehadiran investasi di Provinsi Papua Selatan karena memberikan dampak positif terlebih. pengusaha lokal juga banyak terlihat sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi daerah. “Saya melihat masyarakat juga dilibatkan sehingga mereka juga dapat memberikan kontribusi positif. Saya berharap investasi ini mendapat dukungan dari berbagai sektor dan dalam segala hal,” harap Didik.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dendy Sofyandy bahwa perusahaan benar-benar konsen dalam hal ini dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan optimal, termasuk soal tata ruang sehingga tidak ada masalah dalam regulasi. “Jadi ketika kami mengusulkan kesesuaian antara penggunaan tata ruang, sudah tidak bermasalah secara regulasi. Kami menyelesaikan semua masalah dengan masyarakat, membuat resolusi konflik, menyepakati harga dan pada akhirnya masyarakat juga turut bekerja,” ungkap Dendy.(iis)