JAYAPURA,ARAFURA,-Tidak sedikit orang memilih hal-hal tertentu yang bernilai positif untuk dijadikan pedoman dalam hidupnya, baik berupa kata-kata bijak, slogan, gambar dan lain sebagainya. Tidak hanya menjadi panutan, hal tersebut dapat dikatakan menjadi motto hidup dan terus terpatri dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya masyarakat umum, banyak pula public figure yang memiliki slogan dan pedoman yang dimaksud, termasuk dari kalangan pejabat.
Salah satunya mantan Kapolres Merauke yang sekarang menjabat sebagai Kabagada Rolog Polda Papua, AKBP Ir.Untung Sangaji, MH. Polisi yang dikenal trampil dan punya kreativitas tinggi ini sangat menyukai simbol bergambar tengkorak, namun bukan sembarang tengkorak karena sarat dengan filosofi dan makna. Bahkan simbol tersebut ia sematkan di sejumlah barang pribadi miliknya sehingga dimanapun berada ia akan selalu mengingat makna yang tersirat di dalamnya.
Contohnya yang ia sematkan pada kemeja putih produksinya yang juga menggunakan kancing batok kelapa hasil pelatihannya kepada masyarakat. Kepada ARAFURA News via telepon belum lama ini, Untung Sangaji yang juga pernah sukses menahkodai Polres Aceh Utara ini mengemukakan bahwa simbol atau logo yang ia pilih tersebut tidak sekedar dibuat namun harus dipahami sehingga tidak ada makna yang terlewatkan. Pasalnya, ada yang membuat logo tetapi hanya sekedar membuat saja tanpa ada pemahaman. Contohnya dalam membuat lukisan yang indah, sangat disayangkan jika orang tersebut tidak mengerti bagaimana memaknai keindahan itu, tetapi ada pula orang yang sudah membuat dengan mengedepankan semua dasar yang ada sebagai elemen penting.
“Seperti baju yang sering saya gunakan dan sudah diproduksi masal ini, dengan logo Harley Davidson dan gambar tengkoraknya tentu sangat bermakna. Artinya, semua orang atau makhluk hidup pasti akan mati jadi berbuat baiklah sebelum mati. Bentuk kebaikan itu bisa apa saja. Secara keseluruhan pada gambar tengkorak ada bagian mata yang berarti apa yang kita lihat, gambar mulut menandakan apa yang kita ucapkan, gambar hidung menunjukkan apa yang kita cium dan gambar kepala menunjukkan apa yang kita pikirkan,”terang polisi yang sering berbagi kasih dengan masyarakat ini.
Menurut Untung Sangaji maknanya sangat mendalam jika dipahami dengan baik. Jika seluruh simbol dimaknai secara utuh maka ada makna yang tersirat yaitu pemikiran dan tidak sekedar gambar tengkorak yang terkesan menakutkan. Ia menjelaskan, pada zaman Mesir kuno kata-kata tidak dituliskan namun melalui gambar, di antaranya saat perang dengan menggunakan gambar serdadu, peralatan perang dan benteng pertahanan.
Banyak yang belum memahami alphabet saat itu sehingga gambar dan simbol digunakan. Jadi sebagai bentuk dan ungkapan isi hati karena tidak dapat menulis dengan kata-kata. Jadi gambar-gambar di tembok sebenarnya adalah tutur kata yang mengisahkan berbagai persoalan, baik diri sendiri maupun situasi yang terjadi. Terkait dengan makna untuk berbuat baik sebelum mati, Untung Sangaji berupaya mengimplementasikan hal tersebut dalam tugas maupun kesehariannya.
Tidak heran saat masih menjabat sebagai Kapolres Merauke maupun Aceh Utara, kendaraan miliknya, baik kendaraan pribadi maupun mobil dinas kerap mengangkut sembako yang akan dibagikan kepada masyarakat. Di bagasi mobilnya sering diletakkan sejumlah sembako sehingga saat melintas di jalan dan tidak sengaja bertemu warga yang membutuhkan, ia meminta ajudannya untuk berhenti dan langsung singgah memberikan warga beras, apakah itu para penyapu jalan, pemulung, anak-anak jalanan, tukang parkir dan lain sebagainya.
“Masyarakat harus diperlakukan dengan baik karena sebagai polisi kita juga pelindung dan pengayom sejalan dengan apa yang diamanahkan Kapolri soal PRESISI. Masyarakat juga saudara kita yang butuh bantuan dan bimbingan, apa saja bisa kita lakukan demi kebaikan masyarakat,”terang Untung Sangaji. Ia menambahkan, kebaikan-kebaikan kecil yang dilakukan setidaknya bisa membuat masyarakat tersenyum bahagia, itu sudah lebih dari cukup.
Misalnya saja bertegur sapa dan melayani warga dengan baik ketika warga mendatangi kantor polisi, bahkan ia tidak sungkan untuk membagikan minuman ringan dan kue kepada anggota di pos jaga maupun tamu dan warga yang datang. Sebagai polisi ia tidak pernah menolak siapapun yang datang karena masyarakat ia anggap sebagai saudara. “Oleh sebab itu saya perbanyak kegiatan berbagi sembako sebisanya kepada masyarakat bahkan membuat program pelatihan UMKM demi menurunkan tindakan kriminal di tengah-tengah masyarakat.
Jadi saya gencarkan betul ketrampilan mereka agar terlatih disiplin serta mampu mencari nafkah sendiri guna memenuhi kebutuhan sehari-hari,”tukasnya. Tidak hanya itu, polisi viral ini juga membebaskan lahan untuk membangun pemukiman di salah satu distrik di Merauke, terdorong oleh keprihatinan dan kepeduliannya ketika melihat masih ada masyarakat yang belum memiliki rumah layak huni.
Adapun warga yang akan dibantu merupakan perwakilan dari 8 suku, yaitu Auyu, Muyu, Mappi, Marind, Kimaam, Tabonji, Asmat dan Wamena yang merupakan binaan home industri gagasannya. Bahkan tidak hanya masyarakat, lahan tersebut juga ia persiapkan untuk pemukiman Polres dan Polsek, Brimob, Densus 88, jurnalis, petugas kebersihan hingga pemerhati lingkungan. (iis)