Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Payum Melalui Eko Literasi, Dorong Ekonomi Dan Kelestarian Lingkungan

  • Bagikan

MERAUKE, ARAFURA-Upaya pemberdayaan masyarakat pesisir terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesadaran lingkungan. Salah satunya melalui program pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tim dosen FEB berkolaborasi dengan dosen FKIP Univeritas Musamus belum lama ini.

Program pemberdayaan masyarakat melalui eko-literasi dirancang sebagai solusi terhadap tantangan utama di wilayah pesisir, seperti rendahnya literasi dasar, keterbatasan keterampilan ekonomi dan menurunnya kesadaran akan kelestarian lingkungan. Tiga kegiatan utama yang dilakukan meliputi pengajaran literasi dasar (calistung), pelatihan pembuatan bakso ikan, kegiatan konservasi lingkungan yang melibatkan penanaman bibit mangrove dan pelabelan nama tanaman yang ada di kawasan pesisir Payum.

Dalam kegiatan literasi dasar, anak-anak diajak untuk belajar membaca, menulis dan berhitung dengan metode fun learning. Metode ini berhasil menarik antusiasme peserta dan menciptakan suasana belajar yang interaktif. “Kami merasa senang karena sekarang lebih lancar membaca dan berhitung,” ujar Petrus, salah seorang peserta didik.

Di bidang ekonomi, masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga dan pemuda, mendapatkan pelatihan pembuatan bakso ikan sebagai alternatif peningkatan pendapatan keluarga. Dengan memanfaatkan potensi lokal berupa hasil tangkapan ikan, masyarakat dapat memproduksi bakso ikan berkualitas dan mulai memasarkan produknya secara mandiri. “Pelatihan ini membuka peluang baru bagi kami untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Produknya sudah mulai dijual di pasar lokal,” ungkap Lodewina, salah seorang peserta pelatihan.

Sedangkan kegiatan konservasi berfokus pada peningkatan kesadaran lingkungan melalui penanaman bibit mangrove. Bibit mangrove ditanam di kawasan pesisir yang mengalami kerusakan sebagai langkah awal rehabilitasi ekosistem. “Penanaman mangrove ini penting untuk mencegah abrasi dan menjaga ekosistem laut. Masyarakat kini semakin paham pentingnya menjaga lingkungan,” ujar Mohamad Ilham, selaku Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat.

Selain itu juga diberikan pelabelan nama tumbuhan yang ada di pesisir pantai Payum dalam Bahasa Latin, Bahasa Indonesia dan Bahasa Malind untuk memudahkan pembelajaran, mendorong kesadaran ekologi dan penguatan identitas budaya masyarakat pesisir.(Iis)

  • Bagikan