AMBON, ARAFURA,-Masih tentang Untung Sangaji, mantan Kapolres Merauke dan Kapolres Aceh Utara yang tak pernah lelah untuk selalu peduli dan memperhatikan masyarakat. Karakter seperti ini nampaknya sangat melekat dalam dirinya sehingga tidak heran, dimanapun ia berada selalu berupaya dekat dengan masyarakat. Setelah Aceh, Sumatera Utara dan Papua, kini giliran masyarakat kampung halamannya di Maluku yang akan mendapatkan perhatian Untung Sangaji. Pasalnya, saat ini dirinya beserta keluarga tengah berada di Ambon untuk beberapa hari ke depan.
Tidak hanya kepedulian, Untung juga menonjol dalam hal kreativitas sehingga cukup banyak karya yang sudah dihasilkan. Ia sangat peka dan jeli melihat potensi serta peluang yang ada di lingkungan sekitar khususnya daerah yang ia sambangi. Salah satunya potensi komoditi kenari yang ada di wilayah Maluku yang mulai dibidik oleh Untung. Pria berdarah Maluku ini mengemukakan, sebenarnya beberapa wilayah akan menjadi fokus perhatiannya, tidak hanya Maluku.
Sebagai putra asli Maluku, Untung memiliki keinginan suatu saat dapat kembali ke tanah kelahirannya untuk berbagi ilmu dan ketrampilan kepada masyarakat setempat. Tidak hanya terbatas pada ketrampilan home industry tetapi juga ketrampilan lain bahkan karya seni yang indah. Untung memang dikenal memiliki banyak ketrampilan dan merambah di berbagai bidang. Ketika masih aktif di kepolisian, ia kerap membagikan ilmunya tersebut kepada banyak orang, tidak hanya masyarakat tetapi juga anggota polisi dan kalangan pemuda.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, ratusan biji kenari miliknya yang dikirim dari Ambon nantinya akan ditanam di kawasan pantai Arta Beach Merauke Papua Selatan, Seunuddon Aceh Utara , Pantai Belawan Sumatera Utara dan salah satu pantai di Tual Maluku Tenggara untuk menjadi pohon kenangan yang indah. Tidak ketinggalan Seram Bagian Barat tempat dirinya dibesarkan dan hidup rukun dengan berbagai suku yg ada di sana, yaitu Gemba, Kairatu, Waitasi, Air Buaya, Waiselang, Kelapa Dua, Siompo, Pakarena, Kamariang, Kilo Ampat, Kawatu, Waipirit, Hatuhuran, Hatusua, Waihatu, Seriawan, Kaibobu, Nurue, Waisamu, Waisarisa, Piru, Telaga, Telaga Piru, Masika Jaya, Laimu, Latu, Laisabata, Pelita Jaya, Waitoso, Kawa, Wael, Paser Putih, Patinia, Pulau Osi, Taman Jaya, Masika Jaya, Waisala, Asaode, Ulusadar, Tanamera, Kampong Melati, Ulato, Limboro, Negeri Lirang, Kambelo, Dusun Eli, Air Papaya, Murite, Waiputi, Wailapia, Lia Ela, Saluku, Dusun Warau, Desa Luhu, Desa Loki dan lain sebagainya.
“Ya, saya rasa waktunya saya kembali dan sudah saatnya menyatukan kembali berbagai aspirasi rakyat, ” terang Untung kepada ARAFURA News via telepon, Minggu (7/7). Sekilas Untung berkisah tentang kampung halamannya terutama masa mudanya yang juga tidak lepas dari sifat kepedulian terhadap orang lain. Mengenang tahun 1980 hingga 1992 silam, ia sering melatih muda mudi Maluku berbagai suku guna pemantapan pelatihan pertarungan Silat Tapak Merah, baik dari Suku Kamariang, Kaibobu, Hatusua, Saparua, Kairatu ( Seram ) Maluku Tenggara, Maluku Utara, Bugis, Jawa dan Madura.
“Sampai akhirnya saya harus berangkat ke AKMIL Magelang Jawa Tengah mengikuti pendidikan Perwira Karir PPSS dan sukses menjadi Kapolres Merauke Papua Selatan dari tahun 2020 hingga 2022. Di Merauke saya cukup dekat dengan masyarakat dan berusaha sekuat tenaga melatih Orang Asli Papua (OAP) dari berbagai suku. Mereka saya latih untuk trampil mencari nafkah dengan berbagai ketrampilan UMKM bahkan membebaskan lahan puluhan hektar untuk rumah mereka yang terdiri dari 8 suku , yaitu Auyu, Muyu, Mappi, Marind, Asmat, Kimam, Tabonji dan Wamena, “tukas Untung.
Selain untuk rumah, lahan tersebut juga untuk membangun 1 gereja Protestan, 1 gereja Katolik, masjid, termasuk lahan untuk Agama Hindu dan Budha dalam sebuah kawasan pemukiman. Kembali soal kenari, lebih lanjut Untung menjelaskan bahwa penanaman pohon kenari juga menjadi sarana gerakan penghijauan di beberapa desa yang ia fokuskan. Ia menegaskan bahwa pohon kenari memiliki usia yang cukup lama bisa mencapai ratusan tahun. Bahkan jika dirawat dengan baik bisa tumbuh dengan sangat tinggi dan berukuran besar.
“Sangat disayangkan jika kulit atau cangkang kenari dibuang begitu saja dan hanya diambil bijinya. Padahal bisa dibuat kancing baju dengan nilai jual tinggi. Memang kulitnya tergolong keras sehingga lebih sulit proses pembuatan kancing dari kulit kenari dibandingkan dengan batok kelapa. Soal harga juga lebih tinggi dan tidak kalah dalam kualitas, “jelas pria yang sukses menggagas program home industry ini.
Untung juga berujar bahwa tidak menutup kemungkinan dirinya memiliki masyarakat binaan khusus untuk budidaya kenari dan pemanfaatannya, seperti yang telah ia lakukan di sejumlah daerah dengan komoditi yang berbeda-beda. “Jangan sampai kenari dengan sejuta manfaat ini justru mulai dilupakan. Nah, saya bermaksud memperkenalkan kembali dan mengedukasi masyarakat dengan menanam bibit yang saya punya. Jika di satu desa saya bisa membina satu orang sebagai perwakilan, tentu hasilnya akan bagus. Kita juga bisa berinovasi untuk menghasilkan model, tekstur dan warna kancing yang lebih variatif, “pungkasnya.(iis)
Sa